Venice : A Travel to A City of Thousand Bridges p.2


Post ini lanjutan dari Venice, A Travel to A City of Thousand Bridges p.1 yang Alhamdulillah dapat sambutan positif (kayak baru rilis album aja :))

***

Masih ingat dengan Doges' Palace (Palazzo Ducale) dan Bridge of Sighs yang saya ceritakan pada part 1? Ya sightseeing kami berlanjut setelah kami belok kiri dari Piazza San Marco. Piazza San Marco (San Marco Square) yang menghadap laut ini adalah area yang cukup luas dan merupakan epicentrum Venice. Kalau mengunjungi Venice ya sudah tentu mengunjugi San Marco Square, disini ada Basilica San Marco, Campanile San Marco, Torre dell'orologio (clock tower) pusat historis Venice dan banyak lagi. Berkunjung ke Venice sekali saja tentu belum cukup untuk membedah isi perut dan kulit turismenya Venice (seram banget bahasanya :P). Setiap pusat turisme memiliki agenda agenda yang luar biasa menggiurkan utk ditolak. Macam macam festivals dan juga kegiatan kegiatan kebudayaan sudah jelas membujuk rayu setiap turis yang berkunjung.

Ada Carnevale, Karnival bertopeng (ga da pahlawan bertopeng lho ya) yang diadakan setiap sepuluh hari menjelang Shrove Tuesday( atau juga disebut Fat Tuesday (Br/US) / Mardi gras (french)). Karnival ini adalah karnival yang sudah berlangsung sejak Middle Ages. Orang orang dari seluruh dunia datang ke Venice untuk ikut serta acara yang dimana semua peserta harus menggunakan masker dan kostum middle ages (seru kan!). Berbagai pertunjukkan di gelar di Piazza San Marco seperti akrobatik,gulat dan pertunjukkan seni lainnya. Pada saat saat begini, hotel bakal penuh dan penginapan ala kadarnya akan melambung tinggi harganya.

Ada juga Mostra Internazionale d'arte Cinematografica atau lebih terkenal dengan sebutan Venice International Film Festivals. Festival ini adalah festival atas nama film pertama dan paling bergengsi di dunia, berlangsung 11 hari dan dibanjiri aktor aktor kenamaan hollywood dan juga dari seluruh dunia. para sineas berkompetisi memperebutkan Golden Lion award.

Itu dia 2 diantara banyak festival menggiurkan di Venice. InshaAllah saya ada rezeki dan waktu akan saya buatkan liputannya :). buat yang pengen ke Venice tapi maunya menghadiri atau turut serta festival, jangan lupa check it out dulu jadwalnya di Timeout Venice.

Ok kembali Bridge of Sighs, disini mashaAllah rame banget, penuh sesak, apalagi undah nyampe bridge nya, semua pada sibuk dengan kamera kadang malah tidak sadar dengan orang yang lewat, memang kalau sudah excited agak hilang akal mungkin (sempet kena sikut loh aku, untung ga tejerembab ke laut, pfiuuhh). di jembatan lagi lagi kami harus menggotong stroller dario, omaigad.. ampun aku, ribet, terlintas kenapa Venice kok pelit banget buat jalur ramah stroller dan disabled people. Bayangkan saja kalau penyandang cacat mau jalan jalan ke Venice.. pastinya susah, minimal mungkin bisa keliling tempat tempat tertentu dengan Gondola atau taxi laut atau bus lautnya. Hah, semoga ya kelak, tapi mungkin pertimbangannya adalah mempertahankan otentisitas Venice sebagai kota seribu jembatan.

in between

di bridge of sighs rame banget
kami pun terus berjalan, bermaksud ingin naik waterbus (vaporetti) tapi apa daya, rame banget dan khawatir sama dario kalau kalau ada yg sakit di bus itu (edisi emak parno). Jadi kami hanya berjalan jalan menyisiri tepian waterfront.

at the bridge

still at the bridge

Lovely view
Tak jauh setelah jembatan, Kami pun sampai di Riva Degli Schiavoni, Schiavoni adalah waterfront dari Venice yang dulunya adalah tempat loading barang barang dagangan dari Yunani dan Slavik. Sekarang waterfront ini dipenuhi cafe, pastry and bakery shop, dan juga bar, eitsss jangan salah, makan minum disini mahal banget lho mungkin karena beberapa toko sudah ratusan tahun buka dan punya nama besar seperti LONDRA. Disini juga bertebaran Merchandise shops untuk yang pengen beli oleh oleh khas Venice.

Strolling and sightseeing di Schiavoni ini enaknya menjelang malam, karena: 1. kurang rame 2. Kurang sesak 3. Ga bakal ketemu penjual counterfeits alias barang barang palsu kaki lima (ps: mereka adalah imigran yang sudah desperate barangkali). Jadi kalau ketemu ya abaikan saja, ga usah tergiur dengan kacamata Armani harga 3 Euro (ihihi, Armani produksi kacamata gak ya :))





Monumento Vittorio Emanuelle II
Matahari Venice waktu itu cukup terik, lantas kami pun tergopoh gopoh mencari bench untuk bisa menyantap chicken sandwich episod 2 dan juga feeding si pangeran kecil.. Ah duduk di tepian waterfront Venice, menatap teriknya matahari dan melihat sayup sayup Lido serta vaporetti yang seliweran, rasanya indah sekali. Saking relaksnya habis makan mata mulai kehilangan energinya :D


***
Ok, jam sudah menunjukkan pukul 2 sore waktu jam tanganku. Kami mungkin harus bergerak sekarang untuk balik ke St Lucia station. Jadwal kereta api hari itu agak sulit diprediksi karena ada delay due to weekend.

Kami sempat berpikir, ah naik waterbus saja kan cepat dan ringkas tapi rupanya, ow waterbus nya baru saja berangkat (baca : just now) kami harus menunggu sampai jadwal berikutnya (aduh, mulai gregetan aku, takut kemaleman). Kami pun sampai pada pilihan yang menyayat hati : berbalik ke St Lucia station melalui shorcut alias gang gang kecil untuk memangkas waktu perjalanan dan mengejar kereta api pertama yang melewati San Dona di Piave.



Awalnya sih cool, keren nih kita bakalan unfold tempat tempat yang tidak biasa dan bukan jalur turis, perasaan sok hebat dan canggung bergabung jadi satu: kalau sampai kesasar bisa gawat ini, ga asik kan kalau sampai San Dona jam 12 malam trus menembus malam dengan temperature dibawah 10 c, mana bawa anak lagi :/

Yasudahlah kami segera beraksi, menaklukan gang gang deserted Venice berharap menemukan jalan pulang sesegera mungkin...

Venice yang notabene adalah kota yang dibangun di atas kanal kanal dan transportasi utamanya adalah perahu kecil yg disebut gondola juga merupakan kota yang memiliki ribuan gang kecil. Perumahan di Venice bergaya gothic klasik dengan entry yg sempit namun luas di dalamnya. Semua bangunan di Venice memiliki ciri decayed yang khas Middle ages, terasa sekali aroma zaman baheula nya, tapi disinilah daya magisnya Venice. Bangunan gothic ini dibanderol jutaan Euro (kabarnya Clooney saja masih tawar menawar alot untuk membeli property disini), tapi kalau buatku, ke Venice enak buat jalan jalan aja, kalau tinggal disini mah ngeri ngeri sedap :D

Kembali ke gang sempit Venice yang kami lalui, kami menapaki jalanan yang (kami pikir) jalan yang sama kami lalui ketika hendak ke Piazza. Tahunya, eh.. dimana ini, loh kok.. terjadi pergumulan batin, satu versi ngotot ini jalan yang sama, versi lain bilang kalau ini jalan yang berbeda (memang jalanan di Venice identik satu sama lain rasa-rasanya). Sampai sampai kami berputar di tempat yang sama melalui jembatan yang berbeda (aduh mak oi, bengkak betis sudah :))

Meskipun terjadi pergumulan 2 versi, kami berusaha menikmati scenery (kl liburan ga boleh stress kan, itu kuncinya). Beberapa tempat luar biasa kami lewati, basilica, gedung gedung historis, bar dan cafe tua tua sampai toko china (ihihi yg ini ga keren). Berikut hasil jepretan emak emak galau yg lagi kesasar:





selfie sekelak
Biarpun masih dalam keadaan 'get lost' kami berusaha enjoy aja, dan kami masih sempat menyeruput coklat panas di gerai es krim di dekat jembatan siapa tahu (ga tahu nama jembatannya :)) kami selonjoran lah menikmati secangkir coklat panas jumbo sambil mencari akal dan mengingat-ingat jalan yang kami lalui tadi pagi (venetian kayak suamiku pun pening sama jalanan Venice, apa lagi aku kan?)

Akhirnya, kami ingat bahwa kami bisa pake google maps (oh dear, telat banget ingetnya). ah kelar hidup kami deh, ternyata St lucia masih ada hampir jauh pake banget (pingsan*) dan ternyata kami dari tadi mutar mutar ga jelas (karena sok sok-an mau cari shorcut)

Betis udah hampir ga bisa diajak kompromi, tapi ketenangan berbisik, sabar betis ntar sampe rumah kamu istirahat semalamam. Betis pun setuju :/

***
Getting lost tak sepenuhnya ridiculous, kami menyambangi beberapa tempat luar biasa. Ada Basilica yang nuansa gothicnya kental sekali, ada taman yang indah, dan ada jembatan (ah lagi lagi). Ini foto fotonya :


Basilica Concattredalle di San Pietro di Castello





Next up, kami stumbled upon the Arsenale di Venezia yang merupakan salah satu site penting yang harus dikunjungi di Venice. Bangunan ini adalah pusat militer, orang awam tidak diperkenankan masuk ke dalam, hanya boleh jeprat jepret di luaran. Bangunan ini bagus sekali dengan jembatannya yang bisa dibuat lurus atau miring (untuk bisa dilewati boat atau Gondola), polisi lalu lintas kerap stop di port nya. Kekhasan lain dari bangunan ini adalah monumen singanya tapi bukan kayak yg di SNG yah..ihihi






Arsenale di Venezia
Rasa capek masih menggelayut, tapi kami bertekad sampai ke St lucia sebelum jam 4 sore ( waktu menunjukkan 3.30pm). Setelah melewati Arsenale kami berjalan ke arah barat dan menjumpai sebuah Bangunan Megah dan Putih bergaya Rennaissans, waw bagus banget arsitekturnya, dengan tambahan sinaran matahari sore Bangunan ini tampak outstanding sekali tapi saya memang tidak berniat masuk, karena kami sedang in hurry.

Ternyata bangunan ini adalah Rumah sakit Umumnya Venice, dulu bangunan ini adalah Scuola Grande di San Marco, sebuah Great Schools yang menghasilkan eksplorer kenamaan seperti : Giosafat Barbaro, Alvise da Mosto dan Ambrogio Contarini.

Di depan Scuola Grande terdapat monumen Captain Bartolomeo Colleoni, seorang General-Captain Republic of Venice dan dikenal juga sebagai tactician ulung.

Monument Bartolomeo Colleoni dan Scuola Grande di San Marco

Scuola Grande di San Marco

Monumen Captain Bartolomeo Colleoni tampak belakang

Akhirnya, sebelum berbelok ke arah Rialto, kami juga sempat melalui Santi Giovanni e Paolo. Wah indah memang

Santi Giovanni e Paolo

Santi Giovanni e Paolo tampak samping

Sebuah tempat yang indah untuk mengakhiri penjelajahan kami di Venice. Meski lelah, sightseeing kali ini benar benar luar biasa :))

Scenery photograph by tango7174

Mulai dari spot luar biasa ini saya memutuskan untuk put down sementara kamera saya sampai tiba di St Lucia station. Kami berhasil sampai ke station hampir pukul 5 sore dan mengambil kereta langsung yang melewati San dona dan akhirnya tepar pada pukul 7 malam :))

Sebagai penutup, saya kutipkan perkataan seorang Novelis Jerman, Thomas Mann :

"This was Venice, The flattering and suspect beauty this city, half fairy tale and half tourist trap, in whose insalubrious air the arts once rankly and voluptuously blossomed, where composers have been inspired to lulling tones of somniferous eroticism."

***
Baca Juga bagian pertamanya disini : Venice, A Travel to A City of Thousand Bridges p.1

No comments

Post a Comment