Strolling in Noventa di Piave : A Little City with its Famous Shopping Village




Jadi ceritanya. Minggu lalu mama dan papa Dario diamanahi Nonno-nya Dario untuk beli beberapa outfits baru untuk Dario : camicia, giacca, pantalonne dan sebagainya. Karena mama dan papa Dario males nge-mall dengan alasan ingin menghindari keramaian, jadilah mereka bertiga pergi ke sebuah kota kecil yang jaraknya dekat sekali dengan San Dona di Piave, yakni Noventa di Piave.

Kota kecil ini berjarak 12 menit perjalanan, melalui highway dari San dona di piave. Berada di barat laut sebagai commune yang berpenduduk sekitar 7ribu orang, Noventa belakangan cukup tersohor dengan Outlet-nya yang menawarkan produk-produk Branded Italian dengan harga lumayan miring. Tidak heran jika berkunjung kemari, akan banyak bertemu artis dan orang-orang tajir.

Well, itu sedikit info tentang Noventa dan juga outletnya. Lantas ada apa saja sih di outlet tersebut dan apa yang membuatnya menarik? Yuk kita intip jalan-jalan saya ;D

***
Mmm, Noventa di Piave sebenarnya adalah nama commune yang agak cupu di mata orang-orang Venezia. Benar saja, dibandingkan dengan kota-kota lain di Venezia, Noventa tidak menyajikan apa-apa yang terdengar spesial, palingan duomo yang notabene juga ada di setiap commune seantero Italia. Noventa juga tergolong kota kecil yang mana ukuran kotanya hanyalah 18km dengan penduduk lebih kurang 7ribu orang. Wah, beneran kecil ya? eits tapi jangan salah, ada saja cara untuk membuat kota ini menarik salah satunya dengan kehadiran outlets barang-barang branded kenamaan dunia dan Italia.

Duomo Noventa di Piave

Noventa di Piave McArthurGlen Outlets Mall adalah nama panjang outlet di kota kecil ini. Outlets Mall ini dibuka pada tahun 2008 yang lalu dan merupakan grup dari McArthurGlen Designer Outlets Mall yang berbasis di Amerika Serikat. Meskipun merupakan grup outlet dari Amerika Serikat, outlet ini menyodorkan shopping experience bergaya italia klasik. Arsitektur bangunan terinspirasi dari Venetian dan Trevisan Palazzo yang menawarkan fusion sophisticated modern building dengan eksotika kota tua Venice dan Treviso. Tapi.. bukan ini saja loh yang membuat Noventa Outlet ini menarik, hal yang paling menakjubkan adalah bahwa Outlet ini menawarkan 70 % off untuk produk-produk semua produk brandednya ALL YEAR AROUND!!!! OMG, yang penggila belanja pasti stress ini dengernya.. ihihi

Centre of the Outlet. Courtesy outletvillage.it
Ada brand kenamaan apa saja sih di Outlets ini. Aduh, banyak.. total ada 150 lebih butik yang mendiami wilayah yang hanya seukuran kompleks perumahan ini, diantaranya : Prada, Gucci, Versace, Cavalli, Ferrari Luxury Accesories, Fendi, Furla, Paul Smith, Jill Sander, Guess, Burberry, Nike, Desigual dsb. Kabarnya sih list ini akan segera bertambah...

di dekat gate masuk



Berjalan-jalan Outlets Mall ini bak masuk ke lokasi shooting film, nampak unreal. Bangunan dibuat mirip bangunan di Venice dan Treviso hanya bedanya yang ini baru, ga ada kekhasan Venice dan Treviso yakni decayed touch. Yah namanya juga kan terinspirasi, yang penting suasananya dapet :D
Kami bertandang ke Outlet ini pada hari minggu dan masih suasana Spring, Alhamdulillah tidak begitu rame, kalau rame saya mah parno sekali, tapi ceritanya kami ke Outlet ini adalah untuk menghindari keramaian a la Mall yang mungkin bisa berakibat buruk pada Dario.
Tadinya saya berpikir, ga mungkin mahal gimana lah barang-barang disini karena suami kasih info bahwa ini outlet mall yang tujuan buat santai santai. Ada beberapa butik yang isinya brand kenamaan disini tapi mostly orang kesini untuk hang-out dan kongkow-kongkow, ternyata.. Oh my, barang-barangnya bermerk semua dan untuk shopping disini harus merogoh kocek dalama-dalam (kocek saya tak sedalam lautan :))
Sedikit kecewa memang karena dihadapkan dengan kenyataan bahwa kami takkan mampu membeli apapun untuk Dario dari Outlets ini. jadi yasudah..kami putuskan berkeliling melihat-lihat, siapa tahu kan ada kids station yang harganya miring banget.. kuncinya harus jeli dan sabar :D


Outlet ini disebut-sebut juga sebagai Shopping village premium di mana para turis luar negri khusus bertandang kemari demi memuaskan hasrat berbelanjanya. Outlet ini pun dianggap outlet tersukses dan yang terbanyak dikunjungi di Eropa, bukan saja karena butik-butik kenamaannya atau juga pemandangan yang disuguhkan melainkan karena tawaran potongan hanrga yang menggiurkan. Pengalaman saya berkeliling di shopping village ini, harga yang ditawarkan jauh lebih murah hingga mencapai 50 persen dari harga aslinya di butik-butik utama yang ada di kota-kota besar Italia seperti Roma dan Milan. So, ga heran ya pengunjung outlet ini tahunannya mencapai 3 jutaan orang lebih dan berasal dari seluruh dunia.
Saya sempat mendapati beberapa turis Arab dan Cina yang sangat glamor sedang sibuk menenteng barang belanjaannya dan keluar masuk butik Prada dan Armani. Saya yakin mereka adalah kaum borjuis negaranya karena jujur saja, saya jarang melihat penduduk asli berpakaian seglamor itu, dan bukanlah kebiasaan orang Veneto berbusana luar biasa outstanding hanya untuk jalan ke Outlets kecuali ya jika orang-orang tersebut adalah orang kaya berat ataupun supermodels.
Noventa Outlets ini memang dirancang sangat apik, tak puas jika hanya berkunjung sekali dan meskipun kita tak berbelanja, sungguh bukanlah hal yang sia-sia berkeliling di shopping village ini.


Replika Gondola dari Venice, buat pajangan :D




Sedikit bosan juga berkeliling tapi mikir seribu kali buat beli (kan ceritanya masih dalam rangka jalan hemat :D) jadi kami mojok dulu di Lindt, seperti biasa menyeruput coklat panas kesukaanku. Tergiur ingin membeli coklat Lindt yang luar biasa banyak jenisnya, tapi nooo.. telur coklat aja di rumah susah payah mau dihabisin, trus muka udah minyakan ga jelas, kehadiran jerawat senantiasa mengintai.. So, hayuk lanjut lagi lah kelilingnya :)







Being Muslim in Italy : between Real and Surreal Expectation



Teror yang terjadi di bandara Brussels beberapa waktu ikut menginspirasi tulisan ini. Timeline saya penuh dengan feeds dari channel channel berita internasional yang komentar-komentar pembacanya luar biasa kasar sekali terhadap Islam dan muslim. Tentu ini bukan hal baru, penembakan Charlie Hebdo dan teror di Perancis yang memakan puluhan korban telah menginisiasi Islamophobia ini, bahkan sebenarnya jauh sebelum ini semua. Pelan tapi pasti, stigma yang dilekatkan pada umat Islam sejak kejadian teror berulang dari ISIS berubah menjadi kebencian yang real, easy target jadi sasaran. Serangan terhadap wanita muslim berjilbab dan lansia telah beberapa kali dilaporkan di London, Birmingham dst. Bagaimana dengan di Italia sendiri? itu adalah salah satu pertanyaan yang diajukan keluargaku dan beberapa teman dekat, aku tahu mereka kepo sekali dalam artian postif bahwa mereka mengkhawatirkan keadaanku yang tampaknya jadi 'easy target' juga.

Menarik bahwa sudah lama saya ingin menuliskan perasaan dan pandangan saya selama kurun waktu hampir setahun tinggal di Italia (Utara). Sebagai mantan Mahasiswa Magister Studi Hubungan Internasional sekaligus Int'l Politics enthusiast saya tertarik membahas eksistensi kekinian masyarakat muslim di Italia yang menurut saya tidak seperti apa yang dibayangkan orang. Tak bisa berkaca dari Inggris jika ingin tahu bagaimana muslim Italia diperlakukan, melainkan harus melihat Italia sebagai cermin real bahwa clash itu memang nyata tapi tak sesporadis di negara Eropa lain.

Tulisan ini juga sedikit mereview jurnal yang ditulis oleh Claudio Holzner. Baca disini Re-Birth of Islam in Italy : between Indifference and Intolerance

prayers in Piazza Milan. Courtesy frontpagemag.com

***
Sebelum pindah ke Italia sebagai sebuah keterpaksaan, suami mewanti-wanti bahwa menjadi seorang muslim di Tanah suci umat Katolik bukanlah hal yang mudah, malah akan sangat sulit. Dia beralasan bahwa agama katolik sebagai agama mayoritas di Italia telah juga menjadi sebuah value yang mendarah-daging sehingga ketika dihadapkan dengan nilai-nilai asing, mereka cenderung antipati. Antipati bukan dalam artian membenci tanpa sebab namun menolak menerima kehadiran dan eksistensi nilai-nilai tersebut sehingga berimbas pada pengkotak-kotakan manusia.

Saya belum ngeh maksud suami di atas hingga saya dihadapkan pada sebuah katakan saja diskriminasi halus. Sebenarnya ini sudah saya alami sebelum bertolak ke Italia, tepatnya di Kedutaan besar Italia.

Kami sebagai pasangan beda negara, mempunyai setumpuk dokumen yang harus diurus dan kami sering menunda-nunda hingga Dario lahir dan terdiagnosa CHD ekstrem, tadaa, dokumen tadi mau tidak mau harus diurus ekspress dan seminggu sebelum jadwal keberangkatan kami memohon-mohon konsuler agar proses pengurusan tidak memakan waktu lama karena kondisi anak kami sangat mendesak. Konsuler senior kala itu, seorang napolitana jangkung berambut hitam keriting sempat acuh sekali dan membuat semua proses jadi panjang. Dia berkomentar tentang penampilanku yang berjilbab. Dia nyeletuk "ma vuole davvero andare in giro cosi, col velo in testa?" yang artinya kira-kira : mau kemana dia pake tutup kepala begitu?. Suami pun akhirnya harus menjelaskan panjang lebar dengan bahasa halus yang membuat dia akhirnya menyerah dan bersedia membantu kami.

Saya marah sekaligus sedih, bertanya dalam hati, apa sih hubungannya sehelai kain di kepala dengan urusan dokumen ke Italia dan kenapa pula dia ikut campur atas busana yang saya gunakan, bukankah barat respect sekali dengan kebebasan berekspresi? Pertanyaan bercampur kesal memenuhi kepala tapi tak mampu diucapkan, Ah I thought, can't be this bad there in Italy.

Begitu mendarat pertama kali di Bandara Int'l Marcopolo Tessara juga, saya memang merasakan gelagat aneh security, mereka lebih curiga kepada kami, padahal kami menurutku kami sama sekali tak mencolok, hanya saja saya mengenakan jilbab yang agak panjang. Para petugas itu memeriksa suamiku dengan seksama kemudian menanyainya, begitu tahu bahwa suami adalah warga negara Italia, mereka langsung melepaskan.

Well itu adalah pengalaman personal saya mei tahun lalu. Lantas bagaimana perasaan saya selama setahun tinggal di Eropa tepatnya di negara yang cenderung religius dibandingkan negara Eropa lainnya. Saya bisa bilang bahwa tinggal di sini, di Italia dimana mayoritas masyarakatnya adalah Katolik taat adalah sebuah hal yang cukup membahagiakan, lepas dari semua diskriminasi halus yang saya rasa adalah hal wajar, di Indonesia pun masih ada diskriminasi halus pada kaum minoritas tapi tak sampai pada hal-hal yang membahayakan nyawa. Tinggal di Italia masih jauh lebih baik ketimbang tinggal di Eropa barat menurut saya dimana mereka yang ateis suka menghajar habis-habisan mereka yang beragama dan pada saat ini yang terutama adalah Islam. Orang Italia bukanlah orang Perancis yang gemar sekali 'satire' hingga kebablasan sampai menghina agama dan kepercayaan orang lain. Mereka juga bukan British yang gemar melakukan atraksi dan eksibisi aneh-aneh seperti bertelanjang rame-rame dan semacamnya dan Mereka adalah orang-orang classy yang mencintai hal klasik, hal yang masuk akal juga konservatif, jangan harap negara ini mau melegalkan pernikahan sejenis karena bagaimanapun tololnya mereka, mereka masih beranggapan bahwa keluarga akan selalu terdiri dari Ibu, bapak dan anak.

Sebagai seorang muslim, saya pada awalnya tertantang menyikapi stigma buruk yang waktu itu saya yakin dilekatkan pada muslim di Italia. Ternyata, not that bad , orang Italia sendiri memang agak acuh dengan nilai-nilai asing tapi tak membuat mereka tendesius dan berbuat hal-hal yang membahayakan. Malah mereka cenderung protektif dan respektif. Kedua hal yang saya maksud adalah dalam artian kehidupan sehari-hari, Italians yang mengenal kaum muslim di Italia memang awalnya agak sedikit menjaga jarak, tetapi begitu mereka menjalin hubungan persahatan mereka caring sekali dan sering mengingatkan untuk tetap berpegang teguh pada ajaran agama masing-masing. Mereka respect sekali mengetahui bahwa sahabatnya tidak makan babi dan minum alkohol sehingga ketika ada meeting up biasanya minuman yang disajikan adalah soft drink atau jus dengan makanan Ayam panggang. Secara pribadi, saya juga termasuk beruntung karena keluarga besar suami adalah orang-orang yang toleran dan baik hati meskipun mereka adalah penganut katolik yang taat. Mereka suka bertanya tentang jilbab yang saya gunakan dan memuji cantiknya jilbab yang saya gunakan, juga ketika ada perayaan hari besar mereka suka mengirimi hadiah untuk Dario, seperti hadiah kecil pas natal dan telur coklat ketika paskah, belum termasuk penganan khas hari-hari besar tersebut.

Ada hal menarik yang masih terus saya ingat. Summer tahun lalu, ketika saya menemani anak saya bolak-balik recovery di RS Universitas Padova, saya bertemu dengan seorang cleaning service pria bernama Ashraf, keturunan Maroko, ia dan keluarganya sudah puluhan tahun tinggal di Italia tepatnya di Padova. Saya sangat kepo waktu itu dan bertanya dengan bahasa Inggris (Alhamdulillah dia jago juga bahasa Inggris :D) bagaimana perasaan dia sebagai seorang muslim yang tinggal di Italia. Dia bilang, Alhamdulillah dia tidak pernah mengalami diskriminasi serius dan umumnya sahabat-sahabat orang Italia sangat baik dan peduli namun begitu dia lebih menyukai berteman dengan sesama muslim karena bisa beribadah sama-sama menurutnya lebih asik.

Jawaban ini cukup mengejutkan saya karena tahun 2014 lalu saya dengar major kota Padova membatalkan planning pembangunan mesjid raya di Italia yang sudah di approved sebelumnya, waktu itu beliau dengan semangat berapi-api mengatakan bahwa muslim takkan dibiarkan bebas melakukan aktivitasnya di tanah kristen.

Well, at least, memang betul bahwa kebijakan-kebijakan yang diambil pemerintah dan para pemimpin ter\kadang tidak merepresentasikan sikap masyarakatnya ya...

Kebijakan pemerintah Italia yang diambil terkait muslim di Italia yang mencapai jumlah 2,6 persen dari total populasi secara keseluruhan biasanya lebih bersifat causal dalam artian bergantung pada perkembangan situasi terkini dan juga bagian dari aksi preventif. Kebijakan juga tergantung sekali pada pemerintah daerah masing-masing karena dalam perpolitikan Italia, kebijakan yang menyangkut kemashlatan warga sepenuhnya diserahkan pada pemerintah daerah sehingga hal ini bisa lebih menyalurkan aspirasi rakyat.

Pro Kontra Penggunaan Hijab, Niqab dan Burqa
Pemakaian penutup kepala : hijab, niqab dan burqa pun menjadi sorotan. Sebenarnya secara hukum Italia siapapun tidak boleh menutupi dirinya hingga identitasnya tidak bisa dikenali ketika berada di ruang publik seperti sekolah, rumah sakit, kantor urusan pemerintah dsb. Namun, peraturan ini berbenturan dengan identitas islami yang dibawa migran muslim. Pemakaian niqab dan burqa menjadi sorotan sehingga keluarlah peraturan pelarangan penggunaan burqa (tertutup seluruh tubuh) sedangkan untuk niqab, baru belakangan ini mencuat ke permukaan melalui banyak talkshow di jam-jam primetime. Politisi mendesak pemerintah untuk segera memberlakukan pelarangan penggunaan niqab untuk alasan apapun karena dinilai merepresentasikan nilai-nilai ekstremisme. Tanggapan masyarakat sangat beragam namun secara umum mereka mendukung. Lantas bagaimana dengan penggunaan hijab seperti yang saya pakai?

Hijab yang merupakan penutup kepala yang bukan menjulur ke seluruh tubuh, konon juga diperdebatkan. Beberapa kalangan tetap merasa hal ini perlu dilarang karena bertentangan dengan nilai-nilai katolik, ada yang menarik, ketika isu pelarangan hijab, niqab dan burqa ini mencuat, salah satu mantan menteri Italia , Roberto maroni menyatakan bahwa pelarangan penggunaan jilbab adalah tidak masuk akal karena Virgin Mary (Bunda Maria) juga mengenakan hijab dalam setiap foto juga patung. Maka kemudian banyak pihak yang cenderung diam dan pelarangan hijab masih menjadi wacana saja.

Desember tahun lalu, tanpa tedeng aling-aling region Lombardy mengumumkan pelarangan penggunaan Hijab dengan alasan keamanan. Siapa saja yang memasuki ranah publik wajib melepas penutup kepala untuk bisa dikenali, oleh sebab itu hijab dan niqab sangat dilarang, ujar Simona Bordonali melalui Metro.uk Pada kenyataannya penggunaan tutup kepala memang dilarang di daerah tersebut terkecuali untuk para biarawati yang umumnya jarang bersosialisasi.

courtesy BBC.uk

The Cheerful Heart Warrior


Dario Omar Casonato
Hi, My name is Dario Omar Casonato, 3 years 10 mo. I am a hero for my mom and dad as I have survived two times open heart surgery and countless times of other medical intervention.

I got microdeletion on my chromosome 22 and it costs me a lot : My heart is born impaired (Tetralogy of Fallot, Pulmonary Atresia, Mapcas, VSD, Lusoria), my lungs don't work as other kids', I have to live the rest of my life with only one kidney (renal hypoplasia), and other defects.. but you know what, I am a super happy kid.

As a 22qtie, I face lots of difficulties but mom and dad are always supportive and proud of me. I hope you can support me too by reading stories shared by mom on this website.

Thank you..

Updated 27/11/2018



Tanti Baci
Dario Omar Casonato

A Day Out to Caorle-Lungomare : The Charm of An Urban City by The Beach




Ciao
So, sabtu lalu 27 Maret kami mendapat saran dari seorang teman baik : Marco Trevisan untuk menyambangi Caorle, sebuah kota di pinggir pantai yang jaraknya dekat sekali dari San Dona di Piave. Caorle kata beliau adalah kota pantai yang 'Italia banget'. Tadinya kami ingin cuss ke Jesolo, sebuah kota pantai lain berjarak 15 menit perjalanan namun menimbang Kredibilitas si kawan ini sebagai traveller spesialis pantai yang notabene sudah mengunjungi banyak pantai-pantai cantik di dunia kamipun jom berangkat. Dia secara khusus juga sudah pernah berkunjung ke pantai-pantai di Asia termasuk Bali, menurutnya Jesolo mirip pantai di Asia, jika kami ingin sesuatu yang otentik Italian maka berkunjunglah ke Caorle. 

Benar saja, Caorle memang indah dengan khas Italian corner nya, saya jadi merasa masuk ke scene film asing dengan Italian town yang memang mirip lokasi shooting film. Kota ini kecil tapi indah, peninggalan sejarahnya juga spektakuler dan peradabannya konon lebih tua dari Venetian Republic (wajahnya Venice). Yuks mari kita intip!

From visitcaorle.com
Caorle adalah nama lain dari kota tua yang dulunya bernama Caprulae. Caprulae adalah sebutan untuk pengikut dewi Capris. Kota kecil ini konon katanya telah ada sejak 1 abad BC (Sebelum masehi), yes Before Christ yang artinya kota ini lebih tua dari kota Venice. Caorle adalah gambaran peradaban Romawi kuno di antara pengaruh Venetian di kota-kota lain di pesisir Veneto. Back then, kota ini biasa menampung pengungsi dari Concordia Sagittaria selama masa Invasi Kaum Barbar (300-700 A.D/Masehi).

from turismo.caorle.eu
Tidak sulit mencapai Caorle dari kediaman kami karena signs strada (jalan) menuju Caorle jelas sekali. Jalanan yang ditempuh banyak belokan tidak lurus seperti perjalanan ke Treviso namun terasa lebih cepat sampai karena memang jarang ada traffic jam jika bepergian di musim semi, beda lagi kalau summer, mashaAllah lebih cepet jalan kaki ke Caorle kayaknya (versi suamiku, ihihi)

Kami sampai di Caorle agak telat, berangkat ba'da dzuhur waktu italia dengan semangat 45 suamiku bilang, kita bisa! Ya kali ini kami berangkat ke tempat yang kami berdua belum pernah kunjungi sebelumnya. Suamiku agak deg-degan memang takut salah jalan karena banyak simpang bingung di tengah jalan (bukan di Pekanbaru aja yg eksis simpang bingung :D). Menyiasati simpang bingung memang butuh kesabaran, karena bukan seperti di Indonesia yang kalau salah jalan bisa mutar dimana-mana seenak jidat. Di Italia yang salah masuk jalur dan salah belokan harus meneruskan perjalanan sampe ada jalur ke tempat semula, ini bukan main-main kalau melanggar ya ga kena priiit sih sm pak polisi, cuma siap siap aja datang tagihan penalty ratusan euro ke rumah anda (kami sudah pernah soalnya :))

Begitu sampai di sebuah simpang yang di dekatnya ada eco-park kami langsung hendak parkir karena berpikir Caorle pasti tak jauh dari tempat parkir itu. Setelah mobil sudah diparkir, stroller sudah dikeluarin dan kami sudah ready to have fun go mad eh baru sadar bahwa Caorle (pusat kota dan tepi laut) masih jauh dan kami masih harus berjalan beberapa kilo (lap keringat*). Perjalanan sempat dibarengi adu mulut saya dan suami tentang belokan mana yang harus diambil tadinya hingga akhirnya kebab pun menjadi juru damai siang itu.. asekk.. :D

Sepanjang perjalanan menuju pusat kota dan tepi laut, kami menyaksikan pemandangan kota Lagoon yang elok nian. Boats nangkring di dock, warna-warni rumah bergaya italian classic dan tentunya aroma air garam membumbung di udara..nah..ini dia ni, laut sudah dekat. (betulin mantel*)



Minggu itu adalah akhir pekan yang cloudy dan windy, tak jarang angin menyapu kencang wajah kami tapi eitss ga bercampur debu. Udaranya segar sekali tak heran Caorle adalah salah satu destinasi wisata untuk keluarga yang terkenal. Orang biasanya datang berbondong-bondong ke Caorle dengan Camper yang juga membawa sepeda, yes Caorle jadi track cycling keluarga yang asik.

Kami lanjut jalan, aroma seafood di mana-mana. Tergiur memang tapi jalan-jalan kami judulnya travelling hemat dan tepat, jadi yah nanti dulu buat foya-foya makan seafood all you cant eat. Nanti, ada waktunya.. jadi ingat quote dari Oprah Winfrey : You can have it all, but you can have it all at once :D

Kami sempat jalan memutar melewati waterpark Caorle, berpikir bahwa arah tersebut akan memandu kami ke waterfront, salah kaprah dan kami harus berjalan lebih jauh lagi, sampai akhirnya terlihatlah garis pantai yang di ujungnya tampak sebuah gereja berdiri megah, Il Santuario della Madonna dell'angelo ( The Church of Blessed Virgin of The Angel on The Sea). Wah mashaAllah bagus sekali, ditemani angin yang sejuk yang kehangatan sinar matahari, this is really a good day!





Berjalan lebih dekat ke arah gereja, kami sampai pada path way di depannya, The Church of Blessed Virgin of The Angel on the Sea adalah gereja yang sudah berusia ribuan tahun, namun di restorasi besar-besaran pada abad ke 18 karena kerap hancur diterpa gelombang pasang. Gereja ini dibuka untuk umum, ada beberapa koleksi yang bisa dinikmati dan mungkin menambah iman kristiani. Kami memutuskan untuk sightseeing di luarnya saja.

Konon Gereja ini memiliki legenda dimana sekelompok pemancing menemukan sebuah patung kecil dari Bunda Maria dan Yesus, ketika hendak membawa ke cathedral, sekelompok orang ini kesulitan membawa patung tersebut hingga akhirnya memutuskan untuk memanggil beberapa anak kecil untuk membawanya. Kepolosan anak-anak telah berhasil membawa patung tersebut ke Cathedral. Legenda lain menyebutkan bahwa Gereja ini merefleksikan penjagaan Bunda Maria pada para pemancing dari keganasan lautan.



Il Santuario della Madonna dell'angelo


autostrada in front of The Church
Setelah melihat gereja dari dekat kami lantas berputar dari belakang gereja. Jejeran batu-batu penghalang gelombang pasang tertata rapi dan memantulkan sinar matahari. What a lovely view!

Pathway belakang gereja


Bebatuan Cadas ini bukan hanya tertata rapi tapi beberapa juga diukir oleh artist-artist (bukan artis yee :D) kenamaan pada sekitar tahun 1990an. Luar biasa apik sekali karya mereka. Thumbs up!





Berputar dari Belakang Gereja searah jarum jam, kita akan menuju downtown dengan Landmark Roman Cathedralnya yang breathtaking, sementara jika kita berbalik, pemandangan waterfront dengan Gereja tadi juga luar biasa. Takjub*


Dari pathway menuju old town centre, kami harus menaiki tangga. Jadi pathway sebenarnya menjadi semacam penghalang merembesnya air laut ke pusat kota dan juga membuat scenery menjadi lebih menarik.

tempat nongkrong sejenak, dengan posisi yang agak tinggi, kita bisa menyaksikan scenery kedua Landmarks


Cattedrale di Santo Stefano e Campanile



Pusat kota Caorle sering disebut juga Old town centre atau Little Venetian dan Little Italian Corner. Landmark dari Old Town Centre adalah Cattedrale di Santo Stefano (Cathedral of St Stephen). Cathedral yang menjadi pusat perhatian dengan taman-taman terbuka di sekelilingnya adalah peninggalan bangsa Romawi kuno yang mendiami daerah ini 1 abad sebelum kelahiran Isa Almasih. Cathedral fenomenal ini bergaya roman-bizantium klasik namun campanile (bell tower)-nya memiliki bentuk cone terbalik yang menjadi daya tarik tersendiri. Di Gereja terdapat banyak peninggalan penting Gereja katolik di antaranya altar emas dan lukisan 'The Last Supper' dari Greggorio Lazarini.
Jangan heran jika berkunjung kemari, rumah bergaya klasik italia di cat warna-warni, ini adalah kekhasan Venice, tak banyak kota di Italia yang perumahannya di cat apalagi dengan warna-warna cerah, biasanya Italian lebih suka nuansa pastel, meski begitu bentuk rumah relatif sama :))
Mengapa disebut 'Little' karena memang ya pusat kotanya tergolong kecil, mirip sebuah kompleks perumahan (memang sejatinya Italians suka hal yang serba kecil, lihat saja mobil favorit mereka, SMART). Deretan toko pernak-pernik, bar, restoran, bakery and pastry shop hingga gelateria (gerai es krim) berdekatan satu sama lain dan tetep antrian mengular deh kalau weekend.



Pusat penjualan barang barang religi

Open tables restaurant

Old town centre

Old town centre

Old town centre, full on weekend


Tik Tok Tik Tok, waktu cepat saja berlalu, tak terasa hampir pukul 6 sore waktu Caorle, saatnya cuss balik ke San Dona, tapi sebelumnya kami pengen naik komidi putar, eh tak dinyana antriannya gila panjang bener.. Yasud, kami melipir saja ke bar terdekat untuk menikmati es krim amarena (manisan cherry) dan akhirnya betis siap lagi dibawa jalan jauh menuju eco-park :D

komidi putar


gelato di amarena
Sampai juga di penghujung cerita kita. Anyway, what a lovely day we had. I hope you guys reading this can feel it too.. 
Sebelum berpisah, ada Italian phrases yang bagus :
"Aiutati che Dio ti aiuta" - Help yourself and God will help you
We should not be dwelling in the pain because surely there is hope and happiness in front, it's just maybe we can't see it (yet)! 

Ciao
For more info of having vacation in Caorle : Visitcaorle

ps: All photos are mine except if I indicate otherwise. Thanks