So, setelah mendam berbulan bulan during warm winter. Akhirnya we made our first appearance to the world after winter, yay (joged*). Berpikir panjang hendak kemana buat jalan-jalan di musim semi yang cerah gembira ini. Temperatur berada pada kisaran 12-18 C dengan sinar matahari yang hangat dan angin yang menyapu lembut hingga kadang agak menampar (baca:kencang).
Kali ini kami Alhamdulillah sudah punya alat transportasi, jadi bisa jalan jalan bebas khawatir karena ga perlu naik kereta dan meresikokan diri terpapar virus dari penumpang lain. Sightseeing spring ini kami putuskan untuk menjamah kota-kota dekat San dona saja, dan pilihan jatuh pada Treviso. Treviso adalah capital city dari Treviso yang masih merupakan region Veneto. Berada di antara Teluk Venice dan Pegunungan Alpen, Treviso memiliki pemandangan yang breathtaking. Kota ini juga mempunyai banyak restoran yang luar biasa, mulai dari yang classy, avant-garde hingga resto dengan harga miring dan juga dengan sentuhan berbeda. Bakery dan Pastry shop nya juga menggiurkan, fyi Treviso adalah kota dimana Tiramisu berasal. Yes that heavenly fluffy pudding-like dessert really came from here, tapi kita tidak membahas Tiramisu kali ini. InshaAllah akan saya buatkan liputan Tiramisu khusus di edisi berikutnya :)
Treviso adalah kota di Northeast Italia, dipopulerkan dan juga dikenal sebagai 'water city' dimana Sile River mengalir dari selatan hingga ke pusat kota melalui kanal dan waterways. Meskipun tidak seglamor tetangga dekat Venice, Treviso tetap menarik untuk dikunjungi terutama untuk turis yang tidak begitu menyukai kehebohan dan kesesakan juga tourist traps seperti di Venice. Berkunjung ke Treviso sangat worthy sebagai momen tranquility karena kota ini menyajikan pemandangan dan kesejukan yang luar biasa berpadu dengan peninggalan masa lampau dari Era Venetian Republic, Austrian Imperium hingga Perang Dunia I dan II. Kualitas udara Treviso bisa dibilang sangat sehat, suara burung dan gemericik air membawa aura relaks dan damai. Kanal-kanal dan waterways yang berdampingan dengan decayed house menambah suasana Middle ages. Tak perlu buru-buru jika ingin sightseeing Treviso, tenang dan santai karena kota ini tidak dependent pada Tourist, jadi tak ada namanya sikut sikutan :) Buat saya pribadi, saya lebih menyukai Treviso untuk tranquility-nya sedangkan Venice untuk Historical Pieces-nya.
Perjalanan dari San Dona ke Treviso memakan waktu 20 menit saja dengan mobil melalui main roads, tidak sulit mencapai Treviso, dengan jalan yang cenderung lurus-lurus saja membuat kita tak merasa sudah sampai di kota asalnya Tiramisu ini. Tapi entah kenapa anehnya saya sedikit mabuk perjalanan, Dario, Fabio dan Marco oke oke saja tuh. Agaknya badan sudah ringkih karena jarang dibawa jalan jauh (ihihi, jarang piknik jadi keki)
from cimicgroup |
Berangkat late morning, kami sampai di Restoran Sushi di Treviso dan menyantap dengan lahap menu "all you can eat". Oh my, nikmat dunia kalau makan ga perlu tengsin ambil 2 piring ++ ihihi
Tak terasa kami menghabiskan waktu 3 jam lebih di restoran, dengan perut super kenyang kami siap mejelajah Treviso (eh eh, ngantuk mulai melanda -_-")
Kami mulai sightseeingnya, memarkir mobil di tempat bebas parkir yang tidak terlalu dekat dengan centre memungkinkan kami untuk jalan-jalan lebih lama karena biasanya kota-kota di Italy mematok tarif 3 Euro per sekali parkir dengan ketentuan waktu parkir, kalau lewat waktunya, mobilnya bisa diangkut tar jadi repot kan.
Temperatur berangsur naik, matahari mulai menghangatkan badan tapi semilir angin dingin kadang buat bergidik juga. Spring seperti ini agak tricky karena membutuhkan teknik clothing ciamik (bahasanya :D). Tak perlu berjaket tebal, cukup jaket tipis saja yang mudah dibuka plus shawl ringan karena biasanya Spring agak windy dan kadang hujan, kalau windy dan mendung sedikit, dingin banget, tapi kalau sedang cerah bersinar panas lumayan, jadi yah.. butuh adaptasi disana sini.
Kami jalan lumayan juga dan sampai di taman di dekat sungai Sile, Angsa dan bebek bebas bermain main di sungai memunculkan pemandangan yang alami sekali. Dario sungguh senang melihat angsa, bebek dan burung, sesekali mereka terbang rendah. How lovely..
Small Castle near Ponte Della Gobba |
Dante Ponte dari kejauhan |
Kami istirahat sejenak di taman dekat Ponte Dante, menikmati udara segar dengan limpahan kehangatan matahari siang menjelang sore dengan suara gemericik air sungai. Ah, Alhamdulillah.. di tengah-tengah kepahitan hidup masih banyak berkah yang melimpah contohnya adalah udara segar dan pemandangan ini :)
Jalan-jalan dan beristirahat di taman di depan sungai Sile seperti ini tak ayal adalah sebuah privilege. Tak setiap hari adalah hari yang Indah dengan matahari mentereng. Lagi-lagi Dario adalah prioritas, mana bisa jalan-jalan kalau Dario tidak dalam kondisi fit. Begitupun, jalan-jalan ke Treviso ini bukan tanpa resiko, tapi menimbang bahwa sinar matahari dan kualitas udara musim semi adalah hal yang positif, kami bismillah saja, inshaAllah nafas dario semakin enakan setelah ini. Satu hal yang pasti, Dario punya jiwa travelling, dia suka sekali dibawa berjalan ke tempat baru (tidak menginap, karena dia akan terjaga sepanjang malam kalau menginap), wajahnya penuh dengan senyuman sambil mengoceh-ngoceh setiap kali kami bawa jalan-jalan. what a priceless thing to make him delightful like this :)
Dario di depan Sile River, baru selesai makan :D |
Ponte Dante up close |
Metal works swan shaped in front of Ponte Dante |
Ponte Dante terjemahannya adalah Dante's Bridge. Jembatan ini adalah tempat dimana arus sungai Sile dan arus sungai Cagnan bertemu. Jembatan ini secara khusus dibangun untuk mengenang kehadiran Dante Alighieri seorang sastrawan terkenal asal Florence (Firenze). Dante menyebut tempat ini secara khusus pada bait di salah satu karyanya "were the Sile and Cagnan meet" (paradise, IX,49)
Dante Alighieri adalah nama yang familiar bagi anak sastra (jadi ingat matkul Teori Sastra zaman kuliah :D). Dia adalah seorang satrawan kebangsaan Italia yang dianggap sebagai Shakespeare-nya Italia oleh T.S Eliot. Dante lahir di Florence, dia rajin mempublikasikan karyanya yang berupa puisi ataupun tulisan-tulisan yang penuh dengan kritikan kepada penguasa, that's why di sepanjang hidupnya dia telah dibuang berkali-kali (Pisa, Padova, Treviso, Paris, etc). Karya Dante yang paling terkenal barangkali adalah puisi yang berjudul 'Divine Comedy', puisi ini adalah karya dengan sudut pandang kristen terhadap kehidupan setelah kematian : surga dan neraka. Dante juga dianggap sebagai perintis jalan untuk penggunaan bahasa Italia di seantero wilayah Italia yang kala itu bahasa latin adalah bahasa utama. Bapak kesusatraan Italia modern ini konon dikebumikan di Treviso.
***
Setengah jam berlalu, kami pun undur diri dari Ponte Dante dan melanjutkan penjelajahan. Lanjut jalan sedikit kami melewati jembatan lagi (Treviso kan water city, pasti banyak dong jembatannya :D). Jembatan kali ini adalah Ponte Santa Margherita (teringat Pizza Margherita jadinya) terbuat dari kayu, dengan kaca pada kedua sisi kiri dan kanannya.
Ponte Santa Margherita |
Kami lanjut ke arah barat menyusuri waterfront Sile River, pemandangan yang indah, matahari mengintip dari balik dahan dahan kering pepohonan. Subhanallah.
Ponte San Martino at the background |