Spring Blossom in Treviso : The Water and Art City


So, setelah mendam berbulan bulan during warm winter. Akhirnya we made our first appearance to the world after winter, yay (joged*). Berpikir panjang hendak kemana buat jalan-jalan di musim semi yang cerah gembira ini. Temperatur berada pada kisaran 12-18 C dengan sinar matahari yang hangat dan angin yang menyapu lembut hingga kadang agak menampar (baca:kencang).

Kali ini kami Alhamdulillah sudah punya alat transportasi, jadi bisa jalan jalan bebas khawatir karena ga perlu naik kereta dan meresikokan diri terpapar virus dari penumpang lain. Sightseeing spring ini kami putuskan untuk menjamah kota-kota dekat San dona saja, dan pilihan jatuh pada Treviso. Treviso adalah capital city dari Treviso yang masih merupakan region Veneto. Berada di antara Teluk Venice dan Pegunungan Alpen, Treviso memiliki pemandangan yang breathtaking. Kota ini juga mempunyai banyak restoran yang luar biasa, mulai dari yang classy, avant-garde hingga resto dengan harga miring dan juga dengan  sentuhan berbeda. Bakery dan Pastry shop nya juga menggiurkan, fyi Treviso adalah kota dimana Tiramisu berasal. Yes that heavenly fluffy pudding-like dessert really came from here, tapi kita tidak membahas Tiramisu kali ini. InshaAllah akan saya buatkan liputan Tiramisu khusus di edisi berikutnya :)



Treviso adalah kota di Northeast Italia, dipopulerkan dan juga dikenal sebagai 'water city' dimana Sile River mengalir dari selatan hingga ke pusat kota melalui kanal dan waterways. Meskipun tidak seglamor tetangga dekat Venice, Treviso tetap menarik untuk dikunjungi terutama untuk turis yang tidak begitu menyukai kehebohan dan kesesakan juga tourist traps seperti di Venice. Berkunjung ke Treviso sangat worthy sebagai momen tranquility karena kota ini menyajikan pemandangan dan kesejukan yang luar biasa berpadu dengan peninggalan masa lampau dari Era Venetian Republic, Austrian Imperium hingga Perang Dunia I dan II. Kualitas udara Treviso bisa dibilang sangat sehat, suara burung dan gemericik air membawa aura relaks dan damai. Kanal-kanal dan waterways yang berdampingan dengan decayed house menambah suasana Middle ages. Tak perlu buru-buru jika ingin sightseeing Treviso, tenang dan santai karena kota ini tidak dependent pada Tourist, jadi tak ada namanya sikut sikutan :) Buat saya pribadi, saya lebih menyukai Treviso untuk tranquility-nya sedangkan Venice untuk Historical Pieces-nya.
Perjalanan dari San Dona ke Treviso memakan waktu 20 menit saja dengan mobil melalui main roads, tidak sulit mencapai Treviso, dengan jalan yang cenderung lurus-lurus saja membuat kita tak merasa sudah sampai di kota asalnya Tiramisu ini. Tapi entah kenapa anehnya saya sedikit mabuk perjalanan, Dario, Fabio dan Marco oke oke saja tuh. Agaknya badan sudah ringkih karena jarang dibawa jalan jauh (ihihi, jarang piknik jadi keki)
from cimicgroup


Berangkat late morning, kami sampai di Restoran Sushi di Treviso dan menyantap dengan lahap menu "all you can eat". Oh my, nikmat dunia kalau makan ga perlu tengsin ambil 2 piring ++ ihihi
Tak terasa kami menghabiskan waktu 3 jam lebih di restoran, dengan perut super kenyang kami siap mejelajah Treviso (eh eh, ngantuk mulai melanda -_-")
Kami mulai sightseeingnya, memarkir mobil di tempat bebas parkir yang tidak terlalu dekat dengan centre memungkinkan kami untuk jalan-jalan lebih lama karena biasanya kota-kota di Italy mematok tarif 3 Euro per sekali parkir dengan ketentuan waktu parkir, kalau lewat waktunya, mobilnya bisa diangkut tar jadi repot kan.
Temperatur berangsur naik, matahari mulai menghangatkan badan tapi semilir angin dingin kadang buat bergidik juga. Spring seperti ini agak tricky karena membutuhkan teknik clothing ciamik (bahasanya :D). Tak perlu berjaket tebal, cukup jaket tipis saja yang mudah dibuka plus shawl ringan karena biasanya Spring agak windy dan kadang hujan, kalau windy dan mendung sedikit, dingin banget, tapi kalau sedang cerah bersinar panas lumayan, jadi yah.. butuh adaptasi disana sini.
Kami jalan lumayan juga dan sampai di taman di dekat sungai Sile, Angsa dan bebek bebas bermain main di sungai memunculkan pemandangan yang alami sekali. Dario sungguh senang melihat angsa, bebek dan burung, sesekali mereka terbang rendah. How lovely..

Small Castle near Ponte Della Gobba



Dante Ponte dari kejauhan





Kami istirahat sejenak di taman dekat Ponte Dante, menikmati udara segar dengan limpahan kehangatan matahari siang menjelang sore dengan suara gemericik air sungai. Ah, Alhamdulillah.. di tengah-tengah kepahitan hidup masih banyak berkah yang melimpah contohnya adalah udara segar dan pemandangan ini :)
Jalan-jalan dan beristirahat di taman di depan sungai Sile seperti ini tak ayal adalah sebuah privilege. Tak setiap hari adalah hari yang Indah dengan matahari mentereng. Lagi-lagi Dario adalah prioritas, mana bisa jalan-jalan kalau Dario tidak dalam kondisi fit. Begitupun, jalan-jalan ke Treviso ini bukan tanpa resiko, tapi menimbang bahwa sinar matahari dan kualitas udara musim semi adalah hal yang positif, kami bismillah saja, inshaAllah nafas dario semakin enakan setelah ini. Satu hal yang pasti, Dario punya jiwa travelling, dia suka sekali dibawa berjalan ke tempat baru (tidak menginap, karena dia akan terjaga sepanjang malam kalau menginap), wajahnya penuh dengan senyuman sambil mengoceh-ngoceh setiap kali kami bawa jalan-jalan. what a priceless thing to make him delightful like this :)




Dario di depan Sile River, baru selesai makan :D




Ponte Dante up close

Metal works swan shaped in front of Ponte Dante

Ponte Dante terjemahannya adalah Dante's Bridge. Jembatan ini adalah tempat dimana arus sungai Sile dan arus sungai Cagnan bertemu. Jembatan ini secara khusus dibangun untuk mengenang kehadiran Dante Alighieri seorang sastrawan terkenal asal Florence (Firenze). Dante menyebut tempat ini secara khusus pada bait di salah satu karyanya "were the Sile and Cagnan meet" (paradise, IX,49)

Dante Alighieri adalah nama yang familiar bagi anak sastra (jadi ingat matkul Teori Sastra zaman kuliah :D). Dia adalah seorang satrawan kebangsaan Italia yang dianggap sebagai Shakespeare-nya Italia oleh T.S Eliot. Dante lahir di Florence, dia rajin mempublikasikan karyanya yang berupa puisi ataupun tulisan-tulisan yang penuh dengan kritikan kepada penguasa, that's why di sepanjang hidupnya dia telah dibuang berkali-kali (Pisa, Padova, Treviso, Paris, etc). Karya Dante yang paling terkenal barangkali adalah puisi yang berjudul 'Divine Comedy', puisi ini adalah karya dengan sudut pandang kristen terhadap kehidupan setelah kematian : surga dan neraka. Dante juga dianggap sebagai perintis jalan untuk penggunaan bahasa Italia di seantero wilayah Italia yang kala itu bahasa latin adalah bahasa utama. Bapak kesusatraan Italia modern ini konon dikebumikan di Treviso.
***
Setengah jam berlalu, kami pun undur diri dari Ponte Dante dan melanjutkan penjelajahan. Lanjut jalan sedikit kami melewati jembatan lagi (Treviso kan water city, pasti banyak dong jembatannya :D). Jembatan kali ini adalah Ponte Santa Margherita (teringat Pizza Margherita jadinya) terbuat dari kayu, dengan kaca pada kedua sisi kiri dan kanannya.

Ponte Santa Margherita
Kami lanjut ke arah barat menyusuri waterfront Sile River, pemandangan yang indah, matahari mengintip dari balik dahan dahan kering pepohonan. Subhanallah.
Ponte San Martino at the background


His Rare Case of CHD : Tetralogy of Fallot (ToF) with PA and MAPCAs



Pertama kali diberitahu oleh dokter spesialis jantung anak di Eka Hospital Pekanbaru , Dr Shierly bahwa anakku memiliki kelainan jantung yang kompleks, aku rasanya tak percaya. Dario lahir 20 Januari 2015 tanpa kendala yang berarti, lahir secara caesarean karena pembukaan tidak kunjung bertambah dan ketuban serta darah sudah mengucur deras. Dario juga tidak menginap di NICU karena dianggap cukup sehat untuk di bawa pulang ke rumah. 

Penyakit jantung bawaan (PJB), wow, penyakit ini adalah mimpi buruk semua orang tua. Aku teringat beberapa bulan sebelum melahirkan, mamaku bercerita tentang anak temannya yang memiliki PJB hingga harus dilarikan ke IJN(Institut jantung Negara) KL, malaysia. Anaknya memiliki 'hole in the heart' sehingga berat badannya bukannya naik malahan turun dengan drastis. Mendengar hal ini, aku berbisik :Tuhan, Jauhkan anakku dari kemalangan seperti ini karena mendengar cerita orang saja aku tak sanggup.

Ternyata Tuhan punya rencana lain buat anakku.

20 Maret 2015, berdasarkan echocardiography, anakku memilki struktur jantung yang aneh serta kompleks yang namanya luar biasa panjang : Tetralogy of Fallot dengan Pulmonary Atresia serta Ventricular Septal Defect 1cm dan Major Aortopulmonary Collateral Arteries. Berdasarkan fakta, PJB ini terjadi pada 2 dari 10.000 kelahiran.

Secara awam (sebagimana yang aku mengerti di awal diagnosa) Tof/PA Mapcas adalah sebuah kelainan jantung kompleks yang merupakan gabungan dari empat anomali struktur pada jantung: 1. Adanya lubang di antara ventrikel kiri dan kanan jantung (Ventricular Septal Defect); 2. Pulmonary Stenosis : dimana katup paru lebih sempit dari katup pada bayi normal; 3.Hypertrophy (Right ventrikel): yakni ventrikel kanan jantung menebal dan membesar; 4. Overriding aorta: yakni aorta disposisi yang mengakibatkan bercampurnya darah kotor (less oxygenated) dengan darah bersih; ditambah dengan  ketiadaan/tidak berfungsinya Pulmonary Arteri yakni saluran darah dari jantung ke paru-paru sehingga supply darah dari jantung ke paru-paru berkurang sehingga bayi membiru. pada kasus anakku juga terdapat Mapcas yakni gabungan arteri (yang cukup banyak) yang menjadi supplier darah ke paru-paru karena saluran utama (native pulmonary) tidak/belum berfungsi dengan baik. Mapcas ini ibarat gang kecil yang dilalui pengendara ketika jalan utama mengalami kemacetan atau sedang ada perbaikan.

Buat ibu seperti aku yang tidak memiliki background kedokteran sama sekali, penjelasan ini awalnya cukup sulit untuk dicerna namun belakangan penjelasan mendasar ini tidak cukup untuk memuaskan rasa ingin tahuku sebagai seorang ibu baru yang anaknya di prediksi tak bisa hidup lama (Eka Hospital /April 2015)

Seorang ibu yang anaknya sedang sakit bisa jadi searcher jadi-jadian yang handal. Tak disangka sudah banyak jurnal kedokteran yang aku baca melebihi jurnal bacaanku ketika menjalani S1 dan S2. Memang luar biasa, kali ini motivasilah yang mengejar-ngejarku atas nama sayang tak berbatas pada anak satu-satunya.

Ok, post ini bertujuan untuk memberikan gambaran yang lebih clear dan vivid mengenai jantung bayi yang mengalami kasus yang sama dengan anakku. Bukan bermaksud hendak menjadi ahli jantung anak, tapi post ini didedikasikan untuk keluargaku yang kerap kali bertanya kelainan jantung Dario, juga untuk sahabat-sahabatku yang tak sepenuhnya mengerti kenapa Dario tak kunjung sembuh ( aku awalnya juga tak mengerti) setelah sekali open heart surgery di KL, open heart di Padova, dan berkali kali kateter, MRI, dan prosedur lainnya; juga saya tujukan untuk orang tua yang memiliki kasus serupa Dario. InshaAllah post ini bermanfaat.

Tetralogy of Fallot adalah kelainan jantung yang merupakan gabungan empat anomali yang terjadi bersamaan, yaitu:
     Adalah lubang di antara ventrikel kanan dan kiri jantung. Jantung manusia memiliki 4 bilik : bilik atas kanan dan kiri disebut Atrium, sedangkan bilik bawah kanan dan kiri disebut ventrikel. Pada jantung normal semua bilik terpisah satu sama lain oleh dinding otot yang disebut Septum. Atrium kanan dan kiri dipisahkan oleh Atrial Septum sedangkan Ventrikel kanan dan kiri dipisahkan oleh Ventricular Septum. Sebenarnya lubang pada Atrium adalah hal yang normal pada bayi baru lahir dan biasanya akan menutup dengan sendirinya dalam kurun waktu beberapa minggu, sedangkan lubang pada ventrikel adalah abnormal sehingga biasanya membutuhkan intervensi. Lubang pada ventrikel ini disebut ventricular Septal Defect.

2. Overriding Aorta
     Adalah kelainan yang terjadi pada aorta yang merupakan pembuluh arteri utama yang membawa darah bersih dari jantung ke seluruh tubuh. Pada jantung normal, aorta 'attached' pada ventrikel kiri yang memungkinkan hanya aliran darah bersih yang dialirkan ke seluruh tubuh sedangkan pulmonary arteri 'attached' pada ventrikel kanan untuk kemudian masuk ke paru-paru untuk oksigenasi. Pada Tof, aorta terletak diantara ventrikel kanan dan kiri dikarenakan adanya lubang pada ventrikel kiri (Ventricular Septal Defect) sehingga, darah kotor dari ventrikel kanan mengalir bukan ke pulmonary arteri melainkan ke aorta. Itulah sebabnya anak anak dengan Tof memiliki 'coloured skin' artinya cyanotic dikarenakan bercampurnya darah kotor dan bersih di seluruh tubuh.

3. Pulmonary Stenosis
   Adalah kondisi terhalangnya aliran darah dari ventrikel kanan ke Pulmonary arteri. hal ini disebabkan oleh penyempitan (stenosis) pada pembuluh pada satu ataupun beberapa tempat dari ventrikel kanan ke Pulmonary arteri. Penyempitan ini biasanya adalah penebalan jaringan otot tepat di bawah katup pulmonary arteri, penebalan pada katup itu sendiri ataupun penebalan tepat di atas katup. Stenosis yang sering terjadi adalah pada katup itu sendiri yang disebut Pulmonary valvar Stenosis.
    Katup Pulmonary normal terdiri 3 lapisan tipis yang juga lentur memungkinkan darah mengalir tanpa hambatan dari ventrikel kanan ke pulmonary arteri sedangkan pada kasus pulmonary valvar stenosis, katup pulmonary menebal dan menyatu satu sama lain pada garis pemisah masing-masing. Hasilnya, katup menjadi kurang lentur dan menghalangi aliran darah. Ada beberapa kasus juga dimana katup pulmonary jauh lebih kecil dari ukuran normal atau hypoplastic yang hal ini juga menyembatkan terhambatnya aliran darah ke pulmonary arteri.
    Terhambatnya aliran darah yang disebabkan stenosis tadi mengakibatkan ventrikel kanan bekerja lebih keras untuk memompa darah dan akhirnya otot-otot pada ventrikel kanan menebal, penebalan pada ventrikel kanan ini disebut hyperthrophy, kelainan ini adalah kelainan keempat dari Tof.

4. Hyperthrophy (ventrikel kanan)
      Adalah penebalan dinding otot ventrikel kanan karena ventrikel memompa darah dengan tekanan tinggi sebagai kompensasi dari terhalangnya aliran darah ke pulmonary arteri.

Sebagai gambaran, berikut video jantung dengan Tof dari Cincinnati Children



Anak anak dengan Tof seringkali juga memiliki Atrial Septal Defect (lubang di antara atrium kanan dan kiri) dan Ventricular septal Defect (lubang di antara ventrikel kanan dan kiri), juga kelainan lain seperti PDA, anomali koroner, coarctation of the aorta, interrupted aortic arch.

Stenosis dan terhambatnya aliran darah pada Tof biasanya membatasi jumlah pasokan darah ke paru-paru. ketika aliran darah ke paru-paru terhalang, kombinasi Vsd dan overriding aorta memungkinkan darah kotor (blm dioksigenasi) untuk kembali ke atrium kanan dan juga ventrikel kiri sehingga kemudian dipompa oleh aorta ke seluruh tubuh. Hal ini menyebabkan berkurangnya saturasi oksigen pada arteri hingga anak dengan Tof terlihat cyanotic atau membiru. Cyanosis terjadi karena darah kotor lebih gelap dan dominan ketika bercampur dengan darah bersih, akhirnya bibir dan kulit anak menjadi tampak biru.

Level cyanotic pada anak Tof bergantung sekali pada penyempitan katup pulmonary dan aliran darah dari ventrikel kanan.

Anak anak Tof lebih mudah lelah dan bisa memiliki episod Tet spells atau Hypoxic Spells yang bisa berujung kepada kematian. Aktivitas yang menguras energi, menangis ataupun tertawa bisa memicu tet spells. Jika ini terjadi, urgency relief adalah dengan menekan lutut anak pada dada anak (knee on chest position) untuk mengurangi beban jantung dan menghentikan tangisan.

National Heart, Lung and Blood Institution


Pulmonary Atresia dengan Major Aorto-pulmonary Collateral Arteries adalah kelainan jantung jenis Tetralogy of Fallot yang paling ekstrem. Defect ini adalah kondisi dimana katup jantung yang berfungsi menyuplai darah ke paru tidak berkembang sehingga terjadi malfungsi mengakibatkan terhalangnya aliran darah dari jantung ke paru-paru. Katup pulmonal ini terletak pada sisi kanan jantung di antara ventrikel kanan dan arteri pulmonal (pulmonary artery). Pada jantung normal, katup ini mempunyai 3 flaps yang membuka dan menutup satu arah. Flap ini memungkinkan darah mengalir terus ke pulmonary arteri dan kemudian diteruskan ke paru-paru untuk dioksigenasi, flap juga mencegah aliran mundur ke ventrikel kanan. Pada jantung dengan pulmonary atresia, flap bisa saja tertutup oleh jaringan ataupun arteri tidak berkembang sama sekali (pada kasus ekstrem, jantung bahkan tidak memiliki pulmonary arteri)
Pulmonary Atresia menyebabkan pengalihan dan anomali aliran darah secara besar besaran di jantung dan membawa kelainan-kelainan lain sebagai 'compromised act' dari malfungsi katup. Compromised act diantaranya adalah MAPCAs (sejumlah pembuluh darah kecil sistemik jantung-paru) yang muncul sebagai jalan keluar untuk mengalirkan darah dari jantung ke paru-paru

Karen Armstrong -- Sekelumit Kisah pencarian Tuhan



Karen Armstrong, banyak orang mengenalnya sebagai mantan biarawati Katolik Roma yang tersohor dengan tulisan-tulisannya yang mengkaji perbandingan antara 3 agama Semitik : Yahudi, Kristen dan Islam. Meski tak semua bukunya berkutat mengenai 3 agama ini, dia dianggap sebagai seorang expert di bidang pengkajian agama (khususnya monoteistik). Tengok saja channel National Geographic ( NatGeo), jika ada hal yang berkaitan dengan 3 agama ini maka Karen Armstrong pun jadi narasumber, tak pelak lagi dia dianggap expert.

Terlahir sebagai seorang Katolik yang juga mengidap epilepsi, hasratnya untuk tahu lebih dalam mengenai Teologi telah mengantarkannya menjadi biarawati pada gereja Ordo 'Society of The Holy Child Jesus' dalam rentangan tahun 1962-1969. 
Ketika generasi muda Inggris di 1960-an dilanda demam Rock ‘n Roll, bergaya hidup gypsi, eksperimentasi narkotika dan seks, atau terjun dalam kancah politik praktis, Karen tancapkan niat mencari Tuhan. Sadar atau tidak, ia jelas memutuskan sesuatu yang luar biasa. Hal yang luar biasa tapi senantiasa mengundang tanya karena Tuhan adalah suatu realitas tertinggi yang tiada terpahami oleh logika sebab-akibat. Tuhan adalah misteri imanen yang tiada terpahami secara objektif, dan tak terbuktikan secara empiris. 



Barangkali Karen tidak cukup puas mendapati kenyataan bahwa Tuhan punya logika kehadiran-Nya sendiri. Ia tidak cukup terima atas penjelasan tentang Tuhan yang semata berdasar principium rationis sufficientis, prinsip pendasaran secukupnya bahwa tanpa dijelaskan pun, Dia tetap Tuhan. Karen haus akan pengertian yang lebih. Maka, pada 14 September 1962, ia bergabung bersama dua belas gadis lain di novisiat. Ia mengawali sebuah pencarian rohani, sebuah petualangan epik, di mana asanya bertumbuh, bahwa kebingungan diri-remajanya akan lenyap dalam misteri yang tak berhingga dan teramat memuaskan yang kita sebut Tuhan (lihat Menerobos Kegelapan, Mizan, 2004).

Armstrong lahir pada 1945 (dari ayah pelaku bisnis, dan ibu akademisi di Universitas Birmingham), di pedesaan dekat Birmingham, Karen tidak menyangka bahwa kehidupan di dalam biara ternyata kaku dan keras. Peraturan diterapkan sangat ketat, dan para novis digiring untuk menjalani kepatuhan buta mendogma (tidak boleh bertanya atau mengkritik kebiasaan yang sudah mapan, bersikap hormat kepada biarawati yang lebih tua, harus berlutut ketika berbicara dengan superior, dan seterusnya).

Meskipun begitu, setelah tiga tahun, ia berhasil mengambil kaul kemiskinan, kesucian, dan ketaatan (artinya, satu langkah sebelum kaul kekal), yang berlaku untuk lima tahun ke depan. Karen pun diharuskan untuk mengikuti dua tahun pelatihan (Skolastikat) di London. Selepas masa Skolastikat, 1967, walaupun masih tinggal di biara, Karen memulai studi di Kolese St. Anne’s, Oxford. Dari situlah segalanya berbalik arah.

Kultur biara, yang terlampau ketat dalam tradisi dan kuat dalam dogma, berbenturan hebat dengan atmosfer pemikiran yang bebas, kritis, dan dinamis di universitas. Karen terguncang. Ia seolah terjaga bahwa ada beberapa persoalan keagamaan yang menggoyahkan keimanannya: apakah agama berhak memonopoli kebenaran? Bukankah agama (demi mengkultuskan seorang kudus, misalnya) malah berpotensi mengaburkan kebenaran? Apakah Bunda Maria benar-benar hamil tanpa “dosa asal” dan apakah tubuh dan jiwanya terangkat ke surga setelah dia mati? Apakah Yesus bangkit kembali secara faktual? Bagaimana orang bisa tahu bahwa Yesus itu Tuhan? Apakah Tuhan itu memang ada? (Menerobos Kegelapan, hlm. 124 dan 424). Karen kian bimbang.

Kemudian, ia terkenang akan ketidakmampuannya untuk berdoa. Doa bagi kehidupan religius merupakan sebuah sine qua non, sebuah persyaratan yang tak tertolak. Doa merupakan ritual mistis, di mana seseorang merasa tengah berdekatan dengan Tuhan. Tanpa doa, kehidupan religius menjadi semacam kepura-puraan. Di sinilah Karen merasa gagal. Seturut pengakuannya, ia tak kunjung memperoleh pencerahan lewat doa. Ia merasakan stagnasi (atau barangkali degradasi) iman. Dengan demikian, Tuhan tidak pernah merupakan kehadiran “nyata” baginya. Tuhan ternyata merupakan realitas yang tidak ia mengerti, yang tidak mampu memuaskan dahaga dalam dirinya. “Jika Tuhan memang ada, Dia mungkin tidak ingin ada urusan apa-apa dengan saya,” ucapnya pasrah (Menerobos Kegelapan, hlm. 125).

Ia Keluar dari Biara

Realitas dunia ternyata membuat Karen gamang. Ia merasa seperti “seorang perempuan yang lepas dari pasungan, dengan kedua kaki yang sudah tak bisa lagi dipergunakan untuk melangkah”. Ia mengalami serangkaian kekecewaan.

Ia gagal dalam ujian doktoral di Oxford. Ia gagal sebagai pengajar di sebuah sekolah di London. Serial berjudul Opinions untuk stasiun televisi Channel 4, yang ia bawakan, bangkrut. Ia terlunta-lunta. Ia, yang tadinya menderita dalam pencariannya akan Tuhan, kini dicabik kemalangan silih-berganti. Ia seperti punya alasan untuk menjadi atheis. Berkali-kali ia menjerit, “Saya sudah selesai dengan Tuhan.”



Seiring waktu, walaupun mengaku sudah selesai dengan Tuhan, Karen ternyata tidak bisa lepas sepenuhnya dari ranah keagamaan. Apalagi ketika ia diminta untuk menulis. Yang mula-mula terbersit dalam benaknya adalah menulis tentang Sejarah Tuhan. Tuhan yang bukan seperti penggambaran para teolog atau mistikus (yang berangkat dari keyakinan/iman tertentu). Tuhan yang tidak hanya berarti realitas.


Ia menjumpai fakta bahwa pandangan tentang Tuhan dalam tiga agama besar Ibrahimi (Yahudi, Kristen, dan Islam) memiliki titik perbedaan sesuai dengan konteks historis masing-masing (lihat Sejarah Tuhan, Mizan, 2001). Namun, ada semacam benang merah yang menghubungkan ketiganya: Tuhan yang sama dan ajaran yang serupa, yakni cinta kasih.

Berangkat dari tema itu, ia kemudian dipenuhi rasa prihatin melihat para pengikut Tuhan bertikai sengit demi alasan-alasan yang kurang berdasar (Perang Salib, konflik Israel-Palestina, atau tragedi 11 September). Ia menegaskan bahwa pertentangan yang mengarah pada kekerasan agama merupakan akibat dari tiadanya pemahaman timbal-balik antaragama. Ia menyesalkan itu. Lantas ia menulis sejumlah buku, di antaranya Through the Narrow Gate, Beginning the World, The Spiral Staircase, In the Beginning, Jerusalem, Crusade, The Battle for God, A History of God, Holy War, Muhammad, Islam, dan Buddha.

Dengan demikian, dimulailah babak baru dalam kehidupannya. Pengalaman biara masih membekas di dalam hatinya. Kegagalan dan kekalahan bertubi-tubi tidak akan ia lupakan. Namun, ia mesti terus menatap ke depan. Puisi Eliot, Ash Wednesday, terngiang-ngiang di telinganya. Semakin ia merenungkan keadaan dirinya, semakin ia mantap menapaki tangga spiral gubahan Eliot. Ia tahu bahwa ia akan kembali ke titik awal, namun setidak-tidaknya ia menjalaninya dengan kesadaran penuh, dan berharap beroleh secercah cahaya dari situ.

Agama memang sudah membuatnya terluka. Tetapi, pengalaman-pengalaman baru yang ia kecap selepas meninggalkan biara menyingkap makna kesejatian hidupnya sendiri. Bagaimanapun, ia memang tak kuasa berpaling dari terma agama. Hanya saja, ia mengemban bakti lain. Ia tegaskan pencariannya akan Tuhan dengan berbekal teologi universal. “Kebahagiaan saya terletak pada belajar teologi,” ungkapnya (Menerobos Kegelapan, hlm. 548). Ia telah menemukan hakikat kemanusiaannya sendiri. Semua itu ia tuntaskan dengan menulis.



What It Means being a Mom : A Special One


Being a Mother is learning about strengths you didn't know you had
and dealing with fears you didn't know existed
~ Linda Wooten

***
20 Januari 2015, Anak lelakiku lahir ke dunia. Membuka Bab baru dalam hidupku, Saat itu aku tahu bahwa detik itu semua hal di duniaku akan berubah, aku akan manjadi manusia yang menomorduakan segalanya, menunda hal hal relatif yang tidak terkait anakku, bahkan sang suami terasa tidak penting, itu semua karena aku telah menjadi seorang ibu.

Menjadi ibu itu alamiah tapi secara mental tak semua wanita melahirkan bisa menjadi seorang ibu, Menjadi ibu bukanlah status melainkan lebih dari itu, Menjadi ibu adalah sebuah pekerjaan (baca : full time), sebuah profesi layaknya profesi lain yang memiliki sumpah jabatan. Ketika seorang wanita ingin memiliki seorang anak, dalam doanya dia sudah bersumpah pada Tuhan bahwa kelak dia akan merawat malaikat ini sepenuh hati tak terbatas waktu.

Lantas apa menjadi ibu sesulit yang diceritakan orang dan para tetua? tidak juga, menjadi ibu adalah belajar menjadi diri sendiri sekaligus belajar menjadi sosok yang altruis. Seorang ibu rela kehilangan jam tidur malamnya demi memastikan anak bayinya tidak kehausan dan menangis, ia senang tampil kucel asal anaknya bisa bersih dan keren walau hanya di rumah saja, ia ikhlas menghabiskan tabungannya untuk membeli hal hal geleng pernak pernik bayi (yang kata suami hanya mubazir), intinya wanita tangguh ini mampu melakukan apapun untuk anaknya, semua...tak pandang bulu tak tebang pilih.

Hal yang paling menyakiti hatinya adalah ketika melihat anaknya sakit, meski hanya sedikit pilek, batuk sesekali, dia sudah lebay menghubungi semua orang untuk mencari solusinya, tak jarang sambil menangis pilu seakan akan ini adalah akhir dunia...

Akupun begitu, meskipun di minggu pertama kelahiran Dario aku masih dilanda Baby Blues syndrome ataupun Postpartum depression, aku mulai gregetan ketika awalnya dia tersedak minum susu dari botol. Dia tak mampu menghisap putingku, berulang kali percobaan hanya berujung kegagalan disertai tangisannya. Sungguh tak tega, waktu itu sama sekali tak terpikir dia memiliki sakit jantung bawaan yang cukup parah(A Complex Congenital Heart Disease) ketika pada saatnya aku mengetahui kenyataan pahit ini, duniaku runtuh, semua gelap bagaikan ditutup kelambu hitam pekat. Tapi disinilah aku merasa aku mulai tumbuh, aku bertumbuh menjadi pribadi baru yang tak pernah aku bayangkan sebelumnya..

***
Aku yakin semua kita pasti memiliki sebuah cap diri yang melekat, meski tak pernah kita ungkapkan kepada siapapun tapi kita sendiri tahu pasti jiwa macam apa yang kita miliki. Aku tak bisa berbohong bahwa aku adalah wanita manja yang boros lagi cengeng, menyukai hal hal yang menantang meskipun aslinya adalah penakut nomor satu. Aku adalah manusia yang sering berkonflik dengan diri sendiri, suka mengeluh dan merenung di akhir hari dan memikirkan hal hal buruk yang mungkin bisa aku cegah. I was. Itu aku, sebelum dia lahir, sebelum si buah hati nongol ke dunia.
Aku, lebih tepatnya merasakan urgensi berubah drastis ketika kami tak memiliki pilihan selain pindah ke negara suamiku dikarenakan sakitnya Dario. Kesadaran bahwa kami bukanlah orang kaya yang bisa 'afford' semua tindakan medis terbaik untuk Dario membuatku menyingkirkan egoku untuk tetap tinggal. iya itu semua demi dia..

***
Ego. Di sini, aku tahu banyak hal yang belum bisa kumiliki. Rumah, mobil, bahkan sekedar kamar saja harus struggling. Aku tak perlu berkeinginan memiliki hunian futuristik lagi keren karena aku masih menumpang.
Ternyata aku sudah belajar menjadi orang tanpa apa apa, tanpa embel embel perlahan tapi pasti aku yakin memang hidup adalah sebuah senda gurau.

Rasa Takut. Di negara lain ini, aku sadar bahwa menjadi ibu ga harus panik ga jelas juntrungan, ga perlu kepo tingkat dewa sampe semua staf rumah sakit ditanyain, ga perlu takut ada apa apa dengan dia sewaktu di ICU hingga melantai semalaman.
Ternyata aku sudah belajar memeluk rasa takutku. Ku ikhlaskan jika dia batuk sedikit, sesak sedikit dan lebih memilih untuk melakukan yang aku bisa untuk meringankan batuknya dan menelpon dokter dengan tenang.

Ambisi. Di sini, aku belajar bahwa hal yang pasti adalah ambisi hanya akan membuat jiwaku mati, kenapa tidak aku biarkan saja semua mengalir apa adanya dan sesuai jalan cerita yang Tuhan sediakan untukku? Tak perlu aku memikirkan akan memiliki profesi apa dia nanti karena setiap detik hidupnya kini adalah perjuangan, yang punya hak adalah dia, kelak dia akan menentukan ia akan jadi apa dan aku akan sangat bahagia untuk apapun itu. Aku takkan memaksa seperti dulu aku memaksa dia untuk kuat dan bertahan. Dia telah dan akan melakukannya untukku. Aku hanya perlu tenang.

Kesadaran memiliki anak luar biasa yang kapan saja bisa meninggalkanku telah menjadi cambuk untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi.
Why sad? We've been through lots of painful and wonderful things...
Why worry? He made it this far already...
Why bother? Nothing is under control nor under your supervision...

Aku yakin aku akan terus bertumbuh sebagai seorang pribadi dan seorang ibu yang lebih baik terlepas dari kemungkinan baik buruknya akhir dari semua ini dan aku yakin kita semua para ibu akan begitu :)) having kids is probably the best thing ever happened, isn't it?



Happy Mother's day!!