The Alchemist, Memahami Jiwa Dunia



Membaca buku, bagai memasuki sebuah Jiwa dunia jika boleh menyitir term khas Coelho. Itu yang terasa ketika membaca karyanya yang paling tersohor 'The Alchemist'. Jika boleh memberi justifikasi sebenarnya ini bukan kali pertama aku membaca karya ini, tapi kali inilah saat dimana aku benar-benar memaknai isinya, menyerap energinya hingga rasanya aku tak ingin lekas- lekas menyelesaikan bacaan ini (lagi).

'The Alchemist' atau dalam judul indonesianya 'Sang Alkemis' adalah novel dari sang maestro sastra Brazil yg pertama kali dipublikasikan dalam bahasa Portugese pada tahun 1986 dengan judul original 'O Alquimista' bercerita tentang hidup, perjuangan, cinta, harapan serta konsep kosmik jiwa dunia. Plotnya sederhana, dengan diksi yang simple namun sarat makna sehingga menggelitik pembaca bagaimana pencarian Sang anak lelaki, Santiago, akan berakhir. Membaca Novel Allegorical apik ini sungguh memunculkan kembali suasana saat- saat sedang membaca The Old Man and The Sea karya Ernest Hemingway. Tokoh dimunculkan dengan cara yang relatif sama, sederhana tapi sangat impressive. Pemunculannya juga sangat sistematis, berurutan serta sangat mudah dihapal kontribusi masing-masing tokohnya.

Namun, hal yang sangat mencolok dari novel ini adalah kemampuannya menjawab pertanyaan hidup tanpa lepas dari konteks fiksinya. Pembaca bisa langsung melihat potret dan konsep diri serta jagad raya tanpa kehilangan daya tarik fiksi allegorinya serta inspirational quotes-nya.

Novel ini terbilang tipis, tebalnya hanya berkisar 200-an halaman sangat suitable buat pemula dan bagi mereka yang tidak begitu menyukai gaya penceritaan bersayap-sayap. Novel ini sarat pelajaran hidup, spiritualitas, energi, toleransi serta arti sebuah pengharapan. Mengingat kontennya yang sangat kaya, dibutuhkan saat yang tenang untuk membacanya agar setiap baris benar-benar anda maknai dengan sempurna. Masuki dunianya, tenggelamlah sejenak dalam kisah pencarian santiago akan harta karunnya serta cinta yang ditemukannya di tempat yang sama sekali tak ia duga namun setia menunggunya hingga ia menemui takdirnya.

Sebuah kutipan menarik dalam Sang Alkemis:

 "Jangan menyerah pada rasa takutmu," kata sang alkemis; aneh, suaranya lembut sekali. "kalau kau menyerah, kau tidak akan bisa berkomunikasi dengan hatimu."
 "Tapi aku tidak tahu bagaimana cara mengubah diriku menjadi angin."
 "Orang yang menjalani takdirnya tahu segala yang perlu diketahuinya. Hanya ada satu hal yang membuat orang tak bisa meraih impiannya: takut gagal."
 "Aku tidak takut gagal. Aku hanya tidak tahu cara mengubah diriku menjadi angin."
 "Kalau begitu, kau mesti belajar; nyawamu taruhannya."
 "Bagaimana kalau aku gagal?"
 "Berarti kau akan mati di tengah usahamu mencoba mewujudkan takdirmu. Itu jauh lebih baik daripada mati seperti jutaan orang lainnya yang bahkan tidak pernah tahu takdir mereka.
 "Tapi tak usah khawatir," sang alkemis melanjutkan. "Biasanya justru karena takut matilah orang jadi sadar akan hidup mereka."

Lastly, novel in sangat saya rekomendasikan bagi anda pencinta filsafat serta novel ringan namun kaya makna dan pembelajaran hidup tapi ada satu saran lagi yg harus anda pertimbangkan, 'cobalah buka mata hati' ketika membacanya, maka sebuah pencerahan akan terasa lagsung setelah anda membacanya.... karena 'Pencerahan' itu sebenarnya tidak bisa dideskripsikan, namun harus dialami sendiri. Wallahualam

PS: The English version is recommended!


No comments

Post a Comment